1. Motivasi dan niat
Kunci awal kalau kamu ingin mengelola keuangan dan hemat pengeluaran adalah niat besar untuk melakukannya. Nggak sekadar “berniat untuk pengin”, tetapi harus benar-benar mau dan ingin melakukannya.
Caranya: carilah motivasi yang kuat. Misalnya, bisa memperpanjang napas sampai 3 bulan ke depan, tanpa utang, tanpa penghasilan. Atau, tagihan kartu kredit bisa lunas, meski penghasilan menurun. Sesuaikan saja dengan permasalahan keuanganmu sekarang. Buatlah motivasi ini se-real mungkin. Kalau perlu, senyesek mungkin. Semakin realistis, semakin besar pula niat kamu untuk mulai gaya hidup hemat.
2. Buat anggaran
Anggaran adalah koentji pertama dalam upaya hemat pengeluaran ini, jadi ayo, duduk dan buat anggaran belanja untuk bulan ini. Mumpung masih awal bulan nih (saat artikel ini ditulis)!
Banyak orang malas melakukan ini. Entah mengapa, mungkin karena terlalu abstrak, atau saking banyaknya keperluan yang semuanya butuh uang. Padahal ya, enggak rumit juga loh. Saya yang malas ribet aja bisa kok, bikin anggaran belanja bulanan demi langkah hemat pengeluaran.
Mau tahu caranya? Begini cara mudah membuat anggaran:
- Hitung pemasukan total
- Buat daftar kewajiban: listrik, PDAM, pulsa, cicilan utang, tagihan, SPP anak, dan lain-lain, yang rutin dikeluarkan setiap bulan.
- Tentukan proporsi investasi, minimal biasanya sih 10%. Tapi kalau kamu kesulitan uang sekarang, proporsi ini bisa diturunkan. Yang penting ada.
- Tentukan kebutuhan dapur, coba cek pengeluaran bulan lalu.
3. Catat pengeluaran
Mencatat setiap uang yang keluar adalah koentji kedua untuk langkah hemat pengeluaran. Bebas, kamu mau mencatatnya di laptop dengan Excell, atau dengan aplikasi, atau kayak saya yang old school: pakai buku tulis.
Salah seorang teman yang lebih males dari saya pakai cara ngumpulin nota, dan disatukan dalam kelompok pengeluaran yang berbeda, lalu disimpan dalam box. Cara ini juga bisa kamu sontek.Yang mana saja, asalkan nyaman dan bisa membuatmu konsisten untuk mencatat. Temukan cara yang paling nyaman untukmu ya.
4. Beli sesuai kebutuhan
Sudah punya anggaran, jangan dianggurin. Kadang gitu, sudah bikin bujet, eh … jatuhnya lupa. Nggak diterapkan.
So, dipakai ya bujetnya. Terutama yang belanja groceries. Belilah sesuai kebutuhan. Meski kondisi darurat apa pun, enggak usah nyetok terlalu banyak. Akan lebih baik jika kamu menyimpan uang, ketimbang menyimpan bahan makanan.
Mungkin kamu berpikir, ah, sekarang lebih banyak belanja online, jadi enggak ada kesempatan buat window shopping. Jadi bisa terkendalilah ya, belanjalah.
Tapi, siapa bilang? Biar belanja online, tetep bisa window shopping kok. Coba, siapa yang hobinya scrolling marketplace, terus pencet-pencet “masukkan keranjang”, terus tahu-tahu kok checkout?
Mana bisa hemat pengeluaran kalau gini caranya, ya kan?
Jadi selalulah bertanya pada diri sendiri, kapan pun nafsu belanja muncul: butuh beneran atau pengin aja nih? Kalau pengin aja, bisa enggak ditunda? Atau, mungkin masih ada barang sejenis di rumah yang bisa dipakai dengan fungsi sama? Jangan langsung checkout, tapi coba beri diri sendiri waktu untuk berpikir. Siapa tahu, besok sudah enggak pengin beli barang itu lagi.
5. Susun prioritas
Di poin kedua di atas, ada yang namanya daftar kewajiban. Inilah yang harus diprioritaskan dalam pengeluaran kita. Yang lain, masih bisa diatur.
Adalah penting buat kita untuk bisa mengenali dan menentukan prioritas kebutuhan kita. Dengan demikian, kita pun bisa menentukan, mana yang lebih penting untuk dicukupkan lebih dulu.
6. Awas, impulsive buying!
Nah, ini nih yang tadi kita bahas di poin 4 tadi. Yang terjadi, justru di masa pandemi ini, banyak orang terjebak pada impulsive buying loh. Belanja cuma karena pengin, belanja barang-barang yang kemudian kita sendiri lupa, beli karena apa. Belanja, karena orang lain pada punya juga, dan katanya bagus. Belanja, karena katanya barang ini penting digunakan selama pandemi.
Hayo, siapa yang sempat panic dan impulsive buying selama pandemi ini? Beli masker, cairan pemutih, hand sanitizer, cairan alkohol, tisu basah, tisu toilet berlebihan, sampai nyetok berkardus-kardus di rumah?
7. Dana darurat
Yang terakhir, kalau saya nih, manjur banget buat “ngerem” keinginan buat belanja hal-hal yang nggak perlu dan bisa hemat pengeluaran. Prioritas dana darurat.
Dana darurat adalah dana yang bisa kita pakai untuk keperluan-keperluan darurat. Misalnya kayak sekarang, kita kehilangan pemasukan akibat pandemi COVID-19. Kita enggak akan terlalu bingung karena ada dana darurat yang bisa dipakai untuk menyambung hidup dulu, seenggaknya sampai kita menemukan peluang baru untuk menambah penghasilan.
Komentar
Posting Komentar